Mengenal Kekuatan dan Teknologi Rudal Korea Utara
VIVA.co.id –
Korea Utara telah mengembangkan rudal selama beberapa dekade terakhir. Rudal
ini kebanyakan berasal dari roket artileri rancangan Perang Dunia II.
Rencananya, senjata berbahaya tersebut digunakan untuk menguji serangan jarak
jauh ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Dikutip
dari BBC, Jumat 8 September 2017, upaya terbaru Korea Utara
difokuskan untuk membangun rudal jarak jauh yang berpotensi mencapai daratan
AS. Pada 4 Juli 2017, Pyongyang mengatakan telah sukses menguji coba
pertama dari sebuah rudal balistik antar benua Intercontinental Ballistic
Missile atau ICBM, Hwangsong-14. Korea Utara menyampaikan, rudal ini bisa menghantam
bagian manapun di dunia.
Namun,
militer AS menggambarkannya hanya sebagai rudal jarak menengah dan sejumlah
pakar pun mengatakan, rudal itu hanya dapat mencapai wilayah Alaska saja.
Korea
Utara tak berhenti. Pada 28 Juli 2017, negeri yang dipimpin Kom Jong-il
itu melakukan uji ICBM kedua dan terakhir, dengan rudal yang bisa mencapai
ketinggian sekitar 3.000 kilometer dan mendarat di laut lepas Jepang. Pyongyang
juga menampilkan dua jenis ICBM, yang dikenal sebagai KN-08 dan KN-14, pada
parade militer sejak 2012. Dibawa dan diluncurkan dari belakang truk yang
dimodifikasi, KN-08 tiga tingkat (three-stage) diyakini
memiliki jangkauan sekitar 11.500 kilometer.
Sedangkan
KN-14 nampaknya merupakan rudal dua tahap (two-stage), dengan
jarak tempuh sekitar 10.000 kilometer. Akan tetapi sejauh ini rudal ini belum
ada yang diuji dan hubungannya dengan rudal Hwasong-14 tidak jelas.
Mengapa
ICBM?
Rudal
balistik antar benua dipandang sebagai 'kata terakhir' yang menggambarkan
kekuatan super dari sebuah negara. Seluruh tipe ICBM dirancang sama, yaitu
roket multi-tingkatan (multi-stage) yang
didukung oleh bahan bakar padat atau cair, dan membawa muatan senjata mereka
keluar dari atmosfer Bumi ke luar angkasa.
Muatan
senjata itu, yang biasanya terdiri dari bom termonuklir, kemudian masuk kembali
ke atmosfer dan langsung meledak. Entah itu di langit atau langsung di atas
sasarannya. Beberapa ICBM memiliki Multiple Independently Reentry
Vehicle yang ditargetkan (MIRV).
Ini
adalah muatan rudal balistik berisi beberapa hulu ledak, masing-masing mampu
menghantamkan diri ke salah satu dari kelompok target. Mirv memiliki banyak
hulu ledak dan perangkap yang memungkinkannya menyerang beberapa target dan
membingungkan sistem pertahanan rudal.
Program
rudal Korut
Program
rudal Korea Utara dimulai dengan Scud, serangkaian rudal balistik taktis yang
dikembangkan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin. Pengembangan pertama
rudal Korut diduga pertamanya dilaporkan datang melalui Mesir
pada 1976. Lalu, pada 1984, Korea Utara mulai membangun rudal
versinya sendiri yang disebut Hwasong. Rudal ini diperkirakan memiliki
jangkauan maksimum sekitar 1.000 kilometer dan membawa hulu ledak konvensional,
kimia dan mungkin biologis.
Setelah
Hwasong, kemudian lahirlah Nodong yang merupakan perpaduan dari Hwasong dan
Scud. Jarak tempuhnya pun mencapai 1.300 kilometer. Dalam analisis pada April
2016, lembaga riset berbasis di Inggris, International Institute for Strategic
Studies mengatakan, rudal tersebut adalah sistem yang terbukti dapat menyerang
seluruh Korea Selatan dan sebagian besar Jepang.
Setelah
Nodong, hadir lagi rudal yang lebih mumpuni bernama Musudan, yang baru-baru ini
diuji pada 2016. Beberapa pihak memperkirakan jarak tempuh rudal ini.
Intelijen Israel memprediksi Musudan bisa terbang sejauh 2.500 kilometer,
Sedangkan Badan Pertahanan Rudal AS menyatakan Musudan bisa mencapai
sekitar 3.200 kilometer, dan sumber lain menyebut mencapai 4.000 kilometer.
Perkembangan
lain terjadi pada Agustus 2016, ketika Korea Utara mengumumkan mereka
telah menguji rudal balistik berbasis darat ke darat, sebuah rudal balistik
jarak menegah ke jarak jauh yang disebut Pukguksong. Rudal ini memiliki jarak
tempuh sejauh 1.000 kilometer.
sumber
: https://www.viva.co.id/digital/piranti/954749-mengenal-kekuatan-dan-teknologi-rudal-korea-utara
Komentar
Posting Komentar